KINCIR ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK
"PENGERTIAN KINCIR ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK"
Kincir angin adalah sebuah mesin yang digerakkan oleh tenaga
angin untuk menumbuk biji-bijian.kincir angin juga digunakan untuk
memompa air untuk mengairi sawah.kincir angin moderen adalah mesin yang
digunakan untuk menghasilkan energi listrik,disebut juga dengan turbin
angin
Sejarah Kincir Angin
Sebetulnya, kincir angin yang pertama kali digunakan adalah di
Persia pada abad 5. Kemudian kincir angin tersebut menyebar ke seluruh
Eropa. Di Belanda sendiri, kincir angin digunakan pertama kali sekitar
abad 13. Pada saat itu, masih banyak lokasi di Belanda yang masih berada
di bawah air. Dengan menggunakan kincir air yang ada di dalam bangunan
kincir angin tersebut, air yang ada di tanah Belanda dialihkan,
disalurkan dan dibendung sehingga kita bisa melihat saat ini tidak
banyak air di sini. Selanjutnya, tanah yang masih sedikit basah
dikeringkan dengan kincir angin. Dengan adanya perkembangan teknologi
dan arsitektur, penggunaan kincir angin pun juga berkembang. Sekitar
abad 17, banyak terjadi revolusi di negara-negara Eropa. Karena faktor
tersebut, masyarakat di Belanda menggunakan kincir angin untuk
kepentingan lain. Tidak hanya digunakan sebagai alat untuk mengalihkan
dan membendung air, kincir angin juga dipergunakan sebagai salah satu
sarana pembantu dalam bidang pertanian dan industri. Kincir angin memang
memegang peran penting dalam berbagai bidang di negara ini.
GAMBAR KINCIR ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK
CARA MEMBUAT KINCIR INGIN PEMBANGKIT LISTRIK
Contoh generator
dibawah ini semuanya menggunakan magnet permanen (PMG = Permanent Magnet
Generator). Tujuannya adalah dengan putaran rendah sudah dapat
menghasilkan listrik (200 s/d 500 rpm). Bila menggunakan generator
induksi, maka putarannya antara 700 s/d 3000 rpm. Dengan putaran
sedemikian tinggi, maka konstruksinya harus menggunakan jasa tukang
bubut, atau menggunakan bahan dari onderdil mobil bekas.
Dinamo
amper/alternator motor dan alternator mobil dapat juga dipakai sebagai
pembangkit listrik untuk mengisi accu, tapi putarannya minimal 700 rpm.
Butuh angin yang cukup kencang, atau butuh aliran air yang cukup deras.
Kalau tokh angin maupun air tidak memadai, maka mau tidak mau harus
menggunakan gearbox atau multiplikasi putaran. Bisa gir dengan gir, atau
gir rantai, atau pulley dengan v belt.
A:
Gambar
diatas: statornya yang berputar, sedangkan rotor diam. Sama seperti
motor kipas radiator. Lebih rumit pembuatannya, karena memakai spul
(brush). Contoh lain yang memakai spul adalah bor tangan listrik atau
mesin potong keramik. Stator: gabungan koil (statis/diam ditempat); Rotor: gabungan magnet (yang berputar).
http://www.greeleynet.com/
B:
Dua
gambar sebelah kiri: stator tersusun seperti yang ada di motor mesin
cuci. Dua yang kanan adalah yang sederhana tapi 3 phasa.
http://www.windstuff.com
C:
Gambar
diatas: stator mengelilingi rumah rotor. Ini adalah generator yang
paling sederhana. Hanya dengan 2 magnet dan gulungan kawat email yang
agak banyak (antara 1000 s/d 1500 gulung). Tentu saja hasilnya paling
tinggi hanya 4 volt. Selengkapnya lihat dihalaman generator-listrik-paling-sederhana.
D:
Gambar
diatas: rotor berada ditengah stator. Yang harus diperhatikan adalah
posisi stator harus sedekat mungkin dengan magnet, tanpa bersentuhan
(ada jarak minimal 1-2 mm). Tujuannya agar supaya medan magnet menjadi lebih kuat sehingga outputnya menjadi maksimal. Selengkapnya lihat dibawah.
E:
Gambar
diatas: rotor berada dibelakang stator (atau bisa juga didepan stator,
karena penempatannya tidak mutlak, tergantung selera). Pada komposisi 4
magnet-4 koil koneksinya hanya 1 phasa. Sedangkan pada komposisi 4
magnet-6 koil, koneksinya bisa 1 atau 3 phasa. Selengkapnya dapat
dilihat dihalaman membuat-generator-sederhana2.
Formula menghitung keluaran koil ( hukum Faraday)
V = -N * change in (( tesla * area meters squared)/ seconds)
N = -1 * (-V/ change in (( tesla * area meters squared)/ seconds))
V: volt N: gulungan Tesla: kuat magnet
http://www.6pie.com/faradayslaw.php
Generator mini dari pralon dan triplex:
4- magnet (P:3 L:0.9 T:1.1 cm)
4- koil (kawat email .3mm 400gr)
2- dop pralon ½ in
1- 20cm baut 6mm + 6 mur + 2 ring
2- triplex 10mm uk 6 x 6 cm (atau sesuaikan dengan tebal dan lebar koil yang akan digulung nantinya), bor titik tengahnya
4- triplex 4mm uk 6 x 10 cm (atau sesuaikan dengan panjang rotor bila telah jadi)
Rotor
ditenpatkan pada gabungan 2 dop pralon ½ in sedemikian rupa sehingga
cukup untuk 4 buah magnet mini. Magnet2 tidak dilem, karena sudah cukup
kuat saling tarik menarik. Formasi magnet N-S-N-S. Gulungan koil antara
450-470, karena diambil dari bekas koil2 yg dahulu dibuat dg hitungan
ingatan, lalu digulung ulang dg menggunakan penggulung koil ber
“counter” (lih halaman membuat-generator-sederhana2). Hubungan keempat koil adalah: 1A-3B, 2A-4B; 1B-2B; maka 3A dan 4A adalah
outputnya. Ini hubungan 1 phasa. Dengan memakai daun kipas listrik
bekas, pada waktu dites dengan kipas angin listrik, hasil maximumnya
adalah 11 volt. Kalau menggunakan exhaust fan hasilnya 5.8 volt. Lumayan
untuk sebuah minigen dari kayu.
Kalau
ingin lebih besar lagi outputnya, maka gulungan harus diperbanyak, atau
putaran lebih kencang, atau kombinasi dari keduanya.
Generator mini 3 phasa (4 magnet 6 koil):
Bahan untuk 3 phasa:
4- magnet (P:3 L:0.9 T:1.1 cm)
6- koil (kawat email 0.3mm 600gr)
1- pipa besi 1 in untuk dudukan magnet
1- 20 cm baut batang 6mm + 6 mur + 2 ring
2- triplex 10mm uk 10.6 x 10.6 cm (atau sesuaikan dengan tebal dan lebar koil yang akan digulung nantinya).
6- triplex 4mm uk 10.4 x 9 cm (atau sesuaikan dengan panjang rotor bila telah jadi).
Membuat stator:
Bentuk kedua triplex 10mm menjadi 6 sudut (buat lingkaran, lalu bagi
menjadi 6), lalu bor titik tengahnya. Sudut2 itu harus sesuai dengan
panjang koil. Sedangkan keenam triplex 4mm adalah sebagai dudukan koil2,
yang direkatkan dengan sekrup kayu. Saya menggunakan lakban sebagai
lemnya koil2, agar sewaktu-waktu dibongkar menjadi mudah. Maklumlah,
sedang resesi.
Koil2nya merupakan koil bekas yang pernah dipakai untuk generator
sebelumnya, jadi tidak lagi repot menggulung baru. Jumlah gulungannya
sekitar 450 (kira-kira, karena pada waktu itu menggulung koil2nya masih
menggunakan hitungan seingatnya, alias hapalan. Begitu ada yang mengajak
bicara, buyar! Terpaksalah gulung ulang).
Membuat rotor:
Masih dengan magnet yang sama, tapi kali ini terpaksa menggunakan
sepotong pipa besi diameter 1in sebagai dudukan rotornya. Tujuannya agar
supaya jarak magnet dengan koil dapat sedekat mungkin sehingga hasilnya
lebih maksimal. Formasi magnet masih tetap N-S-N-S. Keempat magnet
dibungkus dengan resin supaya tidak pating seliweran bila diputar
kencang. Pipa besi juga diisi resin lalu dibor supaya baut batangan 6mm
dapat ditempatkan ditengah rotor, dan dikencangkan dengan mur ujung2nya.
Rumus 3 phasa: Koil = M/2 X 3
Misal
jumlah magnet 2 bh (ini minimal ,karena harus ada 2 kutub. Bisa saja
hanya dg 1 magnet, asal kutub2nya ada disisi luar berhadapan dg koil),
maka jumlah koil 3 bh. Magnet 6 bh koil 9 buah, dst. Tetapi adakalanya
jumlah magnet lebih banyak dari koil. Misalnya 4 magnet dg 3 koil. 8
Magnet dg 6 koil, dst. Mana yang terbaik, silahkan berexperimen sendiri.
Yang pasti adalah semakin cepat magnet yang melintas, semakin
stabil/tinggi voltnya.
Menggabungkan koil untuk menjadikannya 3 phasa:
A=awal (start, kawat yang ditengah/didalam) B=buntut (end, kawat yang paling luar).
Pada contoh generator ini, terdapat 6 buah koil. Akan terdapat 2 buah
koil yang berada tepat ditengah 2 buah magnet yang berada pada satu
garis lurus (lih gambar), yaitu 1 dan 4, maka keduanya dihubungkan
secara seri (buntut-awal). Ini adalah phasa pertama. Kalau diputar (arah
jarum jam) rotornya maka koil 2 dan 5 akan berada juga tepat ditengah 2
buah magnet (phasa kedua). Diputar lagi maka koil 3 dan 6 juga akan
berada tepat ditengah 2 buah magnet (phasa ketiga).
Intinya: Tiap satu garis lurus hubungkan kedua koilnya secara seri, sehingga terdapat 3 pasang koil (searah jarum jam): 1B-4A, 2B-5A, 3B-6A. Maka 1A-4B= phasa pertama, 2A-5B= phasa kedua, 3A-6B=
phasa ketiga. Masing2 phasa bisa diukur berapa muatan listriknya. Kalau
jumlah gulungan koil2nya sama maka voltnya pasti juga sama bila rotor
berputar stabil. Hasil voltasenya masih AC (arus bolak balik) sesuai
dengan magnet2 yang melewatinya selalu berbeda kutub.
Konfigurasi Star
Pada koneksi Star, Awal dari tiap phasa dihubungkan menjadi satu. Buntut (akhir) dari tiap phasa dihubungkan ke masing2 bridge.
Star connection : 1A-2A-3A: gabungkan; 4B, 5B, 6B hubungkan ke masing2 bridge rectifier. Hasilnya s/d 16 VDC.
Konfigurasi Delta
Pada koneksi Delta, Awal dan Buntut masing2 phasa saling berhubungan.
Buntut phasa pertama dengan Awal phasa kedua, Buntut phasa kedua dengan
Awal phasa ketiga, dan Buntut phasa ketiga dengan Awal phasa pertama.
Delta connection: 1A-6B; 2A-4B; 3A-5B; hubungkan masing2 ke bridge rectifier. Hasil maksimalnya hanya 5V3 DC.
Jelas sudah perbedaan antara Star dan Delta. Kalau pada Star voltnya
menjadi 3x lipat tetapi amperenya menjadi lebih kecil. Sedangkan pada
Delta ampere lebih besar tetapi voltnya rendah (putaran rotor juga agak
lebih berat dibandingkan Star). Sayangnya saya tidak mempunyai
amperemeter sehingga tidak terukur amperenya. Ketika menggunakan
multimeter (hanya sampai 200mA) ternyata masih tidak terbaca karena
ampere generator masih lebih tinggi. Tetapi walaupun ada perbedaan Volt
dan Ampere dari keduanya, Wattnya (seharusnya) tetap sama (Power=Watt=Volt x Ampere).
Harus juga diperhatikan bahwa semakin berat bebannya semakin kecil
voltasenya, sehingga mau tak mau putarannya harus lebih kencang lagi.
KELEBIHAN KINCIR ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK:
1.TIDAH PERLU ADA PENGARAH ANGIN,KARENA DAPAT BERPUTAR OLEH TIUPAN ANGIN DARI SEGALA ARAH,DAN TIDAK AKAN MENGALAMI OVERSPEED
2.ITULAH SEBABNYA SETIAP ORANG MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN TIPE INI KARENA
DAPAT KITA TEMPATKAN DI SEMBARANG TEMPAT TERLEBIH BILA DI TEMOAT KAN DI
SISI JALAN RAYA YANG RAMAI AKAN LEBIH BAIK
KEKURANGAN KINCIR ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK:
1TIDAK EPISIENSINYA SANGAT RENDAH YAITU SEKITAR 40% SAJA,DIBANDINGKAN DENGAN KINCIR ANGIN SUMBH HORIZONTAL.
Pembangkit Listrik Tenaga Angin - Jurnal Insinyur
Kincir angin USD hasilkan energi listrik terbesar
Jumat, 19 September 2014 23:35 WIB | 11.847 Views
Pewarta: Bambang S Hadi
Yogyakarta (ANTARA News) - Tim Wooden Windmill Innovation dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menjuarai Kompetisi Kincir Angin Indonesia 2014, setelah kincir angin karyanya mampu menghasilkan energi listrik terbesar.
"Selama 50 jam, kincir angin dari tim Universitas Sanata Dharma (USD) itu mampu menghasilkan listrik sebesar 4.069 watt atau 80 watt per jam, dengan kecepatan angin rata-rata 6,25 meter per detik," kata Ketua Dewan Juri Kompetisi Kincir Angin Indonesia (KKAI) 2014 Heru Susanto di Yogyakarta, Jumat.
Saat mengumumkan pemenangan KKAI 2014, ia mengatakan dari 30 finalis yang mengikuti kompetisi tersebut, USD berhasil mengumpulkan energi listrik tertinggi yakni 4.069 watt atau rata-rata 50 watt per jam.
Menurut dia, posisi kedua diraih Tim Sapu Jagad dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) diikuti Tim Tri Batara Bayu dari Sekolah Tinggi Energi Dan Mineral (STEM) Cepu di tempat ketiga.
Juara harapan kompetisi yang diadakan Ditlitabmas Kemdikbud, USD, dan Pemerintah Kabupaten Bantul itu diraih Tim Transformer dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dan juara inovatif diraih Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Ia mengatakan energi listrik yang dihasilkan peserta KKAI 2014 lebih besar dibandingkan dengan energi yang dihasilkan dalam kompetisi 2013, yang hanya mampu menghasilkan rata-rata 34 watt per jam.
Meskipun demikian, kata dia, energi yang dihasilkan itu belum optimal karena baru 80 watt per jam atau 74 persen. Padahal secara teori dengan kondisi alam dan kecepatan angin yang ada idealnya mampu menghasilkan energi 108 watt per jam.
"KKAI 2014 itu diikuti 76 tim dari 47 perguruan tinggi se-Indonesia. Setelah diseleksi hanya ada 30 tim yang berhak mengikuti kompetisi di Pantai Baru Bantul, yang berlangsung 15-19 September 2014," katanya.
Menurut dia, KKAI adalah salah satu wahana yang baik untuk mendorong kreativitas mahasiswa sekaligus mengimplementasikannya dalam penerapan teknologi dalam bidang energi baru terbarukan.
"Menipisnya cadangan minyak dunia memacu peningkatan kebutuhan terhadap sumber energi alternatif yang berupa sumber energi terbarukan. Energi angin merupakan salah satu energi alternatif yang dapat dikembangkan untuk menjawab keperluan tersebut," katanya.
KINCIR ANGIN TIPE SAVONIUS SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
Desa Tirtomulyo, Kecamatan Kretek, Bantul DIY terletak ±7 km dari Pantai Parangtritis. Mata pencaharian masyarakatnya didominasi oleh petani, sehingga sebagian wilayah desa tersebut adalah lahan pertanian. Kondisi permukaan tanah yang relatif datar membuat angin yang berhembus dari Pantai Selatan masih memiliki kekuatan cukup besar. Beberapa wilayah di desa tersebut masih belum tersentuh listrik, khususnya di daerah pematang sawah sehingga di bagian wilayah tersebut belum tersedia penerangan yang memadahi.
Oleh karena itu, mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY melalui Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKMM) membuat inovasi yaitu membuat kincir angin poros vertikal tipe savonius sebagai sumber energi alternatif cadangan pembangkit tenaga listrik di wilayah tersebut. Kincir angin memanfaatkan energi kinetik angin untuk dikonversi menjadi energi listrik. Para mahasiswa tersebut yaitu Kinanti Prabandari, Aden Setia Hadi, Arif Rahman, Widi Sulistia Nugraha, dengan dosen pembimbing Yosi Aprian Sari, M.Si.
Kinanti menerangkan bahwa kincir angin dengan poros vertikal digunakan untuk mengatasi kondisi angin di Indonesia yang arahnya berubah-ubah karena prinsip kerja kincir angin dengan poros vertikal tidak bergantung dengan arah datangnya angin. Sementara kincir angin tipe Savonius merupakan tipe yang ideal untuk angin di Indonesia yang memiliki kecepatan rendah.
Energi angin merupakan salah satu metode menghasilkan energi listrik dengan cara memutar turbin/kincir angin yang dihubungkan dengan generator, hasilnya akan disimpan di dalam elemen penyimpan, dan untuk menjaga tegangan keluaran dari generator dibutuhkan pengendali energi listrik agar dapat berjalan dengan optimal. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengonversi energi kinetik yang bersumber dari angin menjadi energi listrik.
Untuk pembuatan prototipe-nya, lanjut Kinanti, kami dilakukan di Laboratorium Fisika UNY. Dalam pengujian prototipe-nya dilakuan di Desa Tirtomulyo, Kretek, Bantul, Yogyakarta. Dalam melakukan perancangan desain alat, terlebih dahulu kami melihat atau mensurvei tempat yang akan dijadikan tempat pemasangan alat. Karena pembangkit listrik dengan kincir angin tipe savonius yang dibuat dalam program ini harus disesuaikan dengan keadaan geografis.
Dijelaskan juga, dalam pembuatan alat ini diperlukan bahan yang tahan terhadap berbagai kondisi (baik lembab atau kering). Hal ini disebabkan alat ini akan ditempatkan di luar ruangan atau outdoor. “Sebelum dicobakan di Bantul, kami juga melakukan pengujian alat tersebut yang meliputi berfungsi tidaknya alat, ketahanan alat terhadap lingkungan, serta menentukan efisiensi alat.”
Dari program dapat disimpulkan bahwa kincir angin tipe savonius cocok untuk angin Indonesia yang berhembus pelan. Kincir angin tipe savonius dapat diaplikasikan sebagai pembangkit listrik tenaga angin guna membantu masyarakat Desa Tirtomulyo dalam mengatasi kelangkaan kebutuhan listrik di daerah lahan pertanian, serta fungsi kerja kincir angin poros vertikal tipe savonius dapat dioptimalkan. (witono N)
Kincir Angin Sumber Energi Alternatif Cadangan Pembangkit Tenaga Listrik
Desa Tirtomulyo, Kecamatan Kretek, Bantul DIY terletak ±7 km dari Pantai Parangtritis. Mata pencaharian masyarakatnya didominasi oleh petani, sehingga sebagian wilayah desa tersebut adalah lahan pertanian. Kondisi permukaan tanah yang relatif datar membuat angin yang berhembus dari Pantai Selatan masih memiliki kekuatan cukup besar. Beberapa wilayah di Desa tersebut masih belum tersentuh listrik, khususnya di daerah pematang sawah. Sehingga di bagian wilayah tersebut belum tersedia penerangan yang memadahi.
Oleh karena itu, mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY melalui program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKMM) membuat inovasi yaitu membuat kincir angin poros vertikal tipe savonius sebagai sumber energi alternatif cadangan pembangkit tenaga listrik di wilayah tersebut. Kincir angin memanfaatkan energi kinetik angin untuk dikonversi menjadi energi listrik. Para mahasiswa tersebut yaitu Kinanti Prabandari, Aden Setia Hadi, Arif Rahman, Widi Sulistia Nugraha, dengan dosen pembimbing Yosi Aprian Sari, M.Si.
Kinanti menerangkan, kincir angin dengan poros vertikal digunakan untuk mengatasi kondisi angin di Indonesia yang arahnya berubah-ubah karena prinsip kerja kincir angin dengan poros vertikal tidak bergantung dengan arah datangnya angin. Sedangkan kincir angin tipe Savonius merupakan tipe yang ideal untuk angin di Indonesia yang memiliki kecepatan rendah.
Energi angin merupakan salah satu metode menghasilkan energi listrik dengan cara memutar turbin/kincir angin yang dihubungkan dengan generator, hasilnya akan disimpan di dalam elemen penyimpan, dan untuk menjaga tegangan keluaran dari generator dibutuhkan pengendali energi listrik agar dapat berjalan dengan optimal. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengonversi energi kinetik yang bersumber dari angin menjadi energi listrik.
Untuk pembuatan prototipe-nya, lanjut Kinanti, kami dilakukan di Laboratorium Fisika UNY. Dalam pengujian prototipe-nya dilakuan di Desa Tirtomulyo, Kretek, Bantul, Yogyakarta. Dalam melakukan perancangan desain alat, terlebih dahulu kami melihat atau mensurvei tempat yang akan dijadikan tempat pemasangan alat. Karena pembangkit listrik dengan kincir angin tipe Savonius yang dibuat dalam program ini harus disesuaikan dengan keadaan geografis.
Dijelaskan juga, dalam pembuatan alat ini diperlukan bahan yang tahan terhadap berbagai kondisi (baik lembab atau kering). Hal ini dikarenakan alat ini akan ditempatkan di luar ruangan atau outdoor. Sebelum dicobakan di Bantul, Kami juga melakukan pengujian alat tersebut yang meliputi berfungsi tidaknya alat, ketahanan alat terhadap lingkungan, serta menentukan efisiensi alat
Dari program dapat disimpulkan bahwa kincir angin tipe savonius cocok untuk angin indonesia yang berhembus pelan. Kincir angin tipe savonius dapat diaplikasikan sebagai pembangkit listrik tenaga angin guna membantu masyarakat Desa Tirtomulyo dalam mengatasi kelangkaan kebutuhan listrik di daerah lahan pertanian, serta fungsi kerja kincir angin poros vertikal tipe Savonius dapat dioptimalkan. (witono N)
Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Secara sederhana sketsa kincir angin adalah sebagai berikut :
Indonesia, negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km merupakan wilayah potensial untuk pengembangan pembanglit listrik tenaga angin, namun sayang potensi ini nampaknya belum dilirik oleh pemerintah. Sungguh ironis, disaat Indonesia menjadi tuan rumah konfrensi dunia mengenai pemanasan global di Nusa Dua, Bali pada akhir tahun 2007, pemerintah justru akan membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang merupakan penyebab nomor 1 pemanasan global.
Syarat - syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi listrik dapat dilihat pada tabel berikut.
Angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas maksimum energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbarukan yang paling berkembang saat ini. Berdasarkan data dari WWEA (World Wind Energy Association), sampai dengan tahun 2007 perkiraan energi listrik yang dihasilkan oleh turbin angin mencapai 93.85 GigaWatts, menghasilkan lebih dari 1% dari total kelistrikan secara global. Amerika, Spanyol dan China merupakan negara terdepan dalam pemanfaatan energi angin. Diharapkan pada tahun 2010 total kapasitas pembangkit listrik tenaga angin secara glogal mencapai 170 GigaWatt.
Di tengah potensi angin melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total kapasitas terpasang dalam sistem konversi energi angin saat ini kurang dari 800 kilowatt. Di seluruh Indonesia, lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80 kilowatt (kW) sudah dibangun. Tahun 2007, tujuh unit dengan kapasitas sama menyusul dibangun di empat lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua unit, dan Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit. Mengacu pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025.